Minggu, 05 Juni 2011
talking angel
just to have a random dreams about you
and since my dreams are all lucid
i always be able to talk to you
so with my waking eyes
and naked feets
i come to your shadow
smelling the scent behind your ears
whispering the name of love
from a thousands languages
hoping you'll understand
hoping you'll understand
Jumat, 03 Desember 2010
Sweet Death 2
Jam weker menunjukan angka 11.55 malam. Gadis itu berbaring menatap langit-langit. Dia berusaha membiarkan khayalannya terbang bebas. Setiap kali selesai dengan satu rangkaian pemikiran, dia berusaha untuk bertanya pada dirinya sendiri mengapa.
Laki-laki itu masih tertidur di sampingnya. Kelelahan sepertinya. Berjam – jam mereka berbicara mengenai mimpi – mimpi mereka. Begitu banyak pertanyaan yang mereka utarakan kemudian mereka jawab sendiri. Terkadang, baik pertanyaan maupun jawaban yang terlontar sepertinya masuk akal, tapi tidak jarang beberapa saat kemudian mereka saling bertatapan lalu tertawa karena sama – sama menyadari betapa konyol bahan pembicaraan mereka.
Dia memperhatikan wajah lelaki yang tidur itu. Dekat, sangat dekat. Senyumnya belum juga pudar sejak lelucon terakhir sebelum ia akhirnya telelap. Seorang pria baik yang tertidur dalam keadaan bahagia. Ia bahkan tidak sempat mengucapkan selamat malam padanya.
Entah mengapa gadis itu begitu mencintainya. Pada awalnya, laki – laki ini bukan seseorang yang istimewa, kecuali memang ialah orang yang selalu ada untuknya. Seperti ketika beberapa kali ia bermasalah dalam hubungannya dengan pria – pria lain. Ia selalu ada untuk melindunginya, setidaknya ia ada untuk mendengarkan keluhannya. Ia berlaku seperti seorang kakak untuknya.
Atau ketika Ibu yang sangat sangat ia cintai pergi meninggalkannya, setelah beberapa tahun terakhir hidupnya terbaring sakit, laki – laki itu ada menemaninya. Sampai ia bisa menemukan kembali dirinya.
Tapi itu lima tahun lalu. Tanpa gadis itu sadari, waktu berjalan begitu cepat, seperti saat ini ketika ia akhirnya menyadari sudah lima menit ia memandangi dekat sekali wajah lelaki yang tertidur itu.
Tepat tengah malam.
Jam weker itu berbunyi keras sekali, tepat di samping telinganya. Sampai – sampai dia kaget sekali mendengarnya. Walaupun ia tahu waktu ini akan datang, ia sepertinya marah dengan kenyataan bahwa weker itu telah berbunyi.
Sang laki – laki terbangun, kemudian duduk. Ia memakai kacamatanya lalu mengenakan jaket yang tadi tergantung di dinding. Begitu lancar ia melakukannya, seolah – olah sepertinya ia sudah terprogram untuk melakukan urutan kegiatan itu. Ia mengecup kening gadis itu dengan lembut, mengucapkan selamat malam, kemudian menuju pintu dan pergi pulang untuk menemui istri dan anaknya.
Tangan kiri gadis itu menggapai weker yang masih berdering. Setelah mematikan weker, gadis itu bangkit berkaca pada sebuah cermin, dan melihat pantulan orang yang bukan lagi dirinya, balik menatapnya.
Orang yang dilihatnya di cermin sekarang, mengingatkannya pada wanita yang dahulu pernah hadir di kehidupannya. Wanita yang mencuri dan membawa pergi ayahnya. Meninggalkan ibunya serta dirinya.
Wanita itu dan ayahnya bahkan tidak pernah muncul di pemakaman ibunya yang sakit sejak kepergian mereka.
Weker itu melayang dari genggaman gadis itu. Sampai akhirnya membentur dan memecahan cermin berkeping – keping.
Gadis itu benci melihat sosok wanita itu di cermin.
Wanita yang telah mencuri ayahnya itu hadir dalam dirinya, setiap kali ia memikirkan laki – laki yang yang saja pergi keluar dari ruangan itu.
Karena setiap kali ia memikirkan laki – laki itu, ia pasti memikirkan bagaimana ia mencintainya dan bagaimana laki – laki itu juga mencintainya.
Semakin ia memikirkan betapa besarnya cintanya pada laki – laki itu, semakin ia menginginkan laki – laki itu.
Semakin ia memikirkan kalau ia menginginkan laki – laki itu, semakin besar keinginannya untuk memiliki laki – laki itu.
Semakin ingin ia memiliki laki – laki itu, semakin ia berubah seperti wanita yang dahulu mengambil pergi ayahnya.
Semakin ia berubah menjadi wanita itu, semain ia membenci dirinya sendiri.
Semakin ia membenci dirinya sendiri, semakin besar keinginannya untuk menggoreskan pecahan kaca cermin yang berserakan di lantai.
Semakin banyak goresan ternyata, tanpa terasa, semakin banyak darah.
Cukup untuk menjadi tinta puisi yang selama ini ingin gadis itu tulis dan kirimkan kepada laki – laki itu.
Dan jika ia tidak beruntung, kemudian kehabisan darah sebelum ada orang yang menemukannya hidup – hidup, mungkin puisi ini akan jadi pesan terakhirnya bagi dunia.
Sambil berbaring, ia menuliskan pesan itu pada lantai. Semakin lama, semakin perlahan, dan perlahan...
”Dalam sebuah mimpi
Dirimu akan menemukan aku
Perlahan menjadi abu dalam lautan ingatanmu”
Selasa, 16 Februari 2010
My Japanese friends from the past


Mau Curhat nih...
Sekitar delapan tahun yang lalu, saya mempunyai dua orang teman special yang lucu-lucu, kakak beradik dari Jepang. Waktu itu saya masih remaja, dan dua orang teman saya itu masih kecil-kecil, usia anak sekolah dasar mungkin. Kakaknya bernama Akihiro dan adiknya bernama Kako. Belakangan si adiknya ini saya ketahui bernama Kaoruko. Nama keluarga Jepang mereka Hisano.
Saya berjumpa dengan mereka ketika saya menjadi petugas kebersihan di Apartemen mereka, yang berlokasi di Jakarta (Pondok Indah).
Well, singkat cerita, kami menjadi saling mengenal secara tidak sengaja. Karena hampir setiap hari bertemu dan berinteraksi, kami jadi akrab dan sering bercanda-canda. Awalnya sih sekadar basa-basi ucapan Ohayo gozaimasu, sampai akhirnya jadi asik ngobrol cas-cis-cus pakai bahasa inggris. Dari sekadar senyum sopan, sampai main perang-perangan pakai air dan pasir di Playground. Tentu saja dengan sembunyi-sembunyi, karena saya waktu itu hanya pegawai rendahan di situ, dan ada peraturan tidak tertulis yang jelas kalau terlalu akrab dengan tenant (penghuni) itu dilarang.Hhe...
Uniknya, kami dulu punya julukan atau nama panggilan masing-masing. Nama panggilan waktu itu di dapat secara spontan, diambil dari tulisan pertama yang ditemukan di pakaian kami. Sang kakak Akihiro, Mendapat panggilan "Tuk-Tuk An-An", sesuai tulisan besar yang ada di kaosnya, yang saya rasa adalah nama Thailand untuk becak. Sampai sekarang saya belum pasti, tapi saya ingat di bawah tulisan itu, ada gambar Becak khas dari negara itu.
Si adik yang imut, mendapat nama "Moejonjon". Sebuah merk baju anak-anak sepertinya.
Nah, giliran saya, karena waktu itu saya berseragam, dan tidak ada tulisan apapun di sana, akhirnya nametag jadi sasaran. Tapi sialnya, alih-alih memilih nama saya untuk jadi panggilan, yang jelas-jelas sudah terpampang di situ, eh, mereka malah memilih PT. sebagai nama panggilanku. Yah, waktu itu memang ada nama PT.(something..) lah tempat aku bekerja dulu.
Jadilah kalau kami bertemu, kami selalu memanggil satu sama lain dengan nama-nama itu. Tuk-Tuk An-An, Moejonjon, dan Mr. PT.
Anyway, sampailah pada kisah sedih, saat saya harus berhenti bekerja di situ karena sesuatu alasan. Sedihnya adalah, karena saya tidak sempat say goodbye pada mereka. Jadinya selama saya bekerja di tempat lain, sampai pindah-pindah ke luar negri (woalaaah lebay..) saya jadi ingat mereka terus. Koq bisa ya?
Yah, akhirnya saya putuskan menelpon mereka, waktu itu entah dua atau tiga tahun berselang. (kelamaan gak sih?). Tapi saya menelpon hanya untuk mendapatkan kabar lebih sedih lagi, kalau mereka sekeluarga sudah move out dari apartemen itu. Dan saya tidak tahu harus mencari kemana. Gimana sedih ga? T_T
Sekitar setahun lalu, saat saya mulai belajar-belajar internet, saya search nama mereka di Google. Tapi hasilnya negatif. Kemudian sekitar empat hari lalu, lewat tengah malam, melalui akun facebook saya, saya iseng-iseng searching nama mereka. Gak nyangka ketemu nama Akihiro, sang kakak. Pertama saya add sebagai teman dia tolak. Mungkin dia fikir "siapa sih nih cowok mau add gw, kenal nggak. Kalo cwek cakep sih boleh." Hhe...
But, then again, saya add lagi dia dan tambah pesan pribadi mengenai masa lalu kami. Ternyata, secara mengejutkan, dia langsung konfirm, dan dia bilang dia mengingat saya. Wow, saya senang sekali waktu itu! lalu saya titip salam buat adiknya, Kako. Dan besok paginya saya langsung dapat permintaan pertemanan dari dia. Wow, senangnya!
End of the story, say mengetahui bahwa sang kakak sudah menjadi remaja yang gagah dan ganteng, sementara si adik sekarang terlihat sangat cantik. Mereka berdua sudah remaja dan secara kebetulan sekarang tinggal di Korea,(negara yang sangat ingin saya kunjungi). Dan secara kebetulan lagi, si adik sedang belajar Saxophone, sama dengan saya. Aduh, senangnya, koq bisa sama ya? ^_^
Dan sekarang, saya berharap semoga pertemanan kami ini bisa berlanjut teruuuus, sampai kami tua dan jadi kakek nenek,..weleh..weleh...
bgitu aja deh ceritanya,thx for reading...
Btw, tanggal kami bertemu lagi, itu believe or not bertepatan dengan hari Valentine 14 Februari 2010 lho....