Jumat, 19 Februari 2010

Mengapa ( kami ) Betawi Melayu Begitu Inferior!




-Jawa Bukan Melayu, Banten Bukan Melayu, Sunda Bukan Melayu.-

"Pertama-tama, maaf ini ane mau ngelantur"

Betawi melayu, adalah salah satu unsur dari sebuah entitas besar etnis Betawi.

Sementara etnis Betawi sendiri bermakna sebagai kumpulan masyarakat dengan kesamaan budaya, pandangan hidup serta yang terbentuk dari interaksi sekian lama masyarakat dengan berbagai macam suku (Melayu, Arab, India,Tionghoa,Sunda, Banten, Jawa Dll) di sekitar daerah Jakarta dan sekitarnya yang melalui perjalanan waktu membentuk suatu identitas tersendiri yang hampir terpisah dari suku asalnya masing-masing.

Pertanyaan besarnya adalah, jika setelah sekian lama terbentuk suatu etnis Betawi dengan segala ikatan dan norma-normanya, bisakah dengan semerta-merta kita preteli (maaf bahasanya) Betawi itu menjadi Betawi Melayu, Betawi Arab, Betawi Tionghoa dan sebagainya?

Well, itulah yang sedang saya coba uraikan sekarang, khususnya saya coba untuk memetakan Betawi Melayu. Saya tidak berjanji uraian ini akan bersifat ilmiah, namun paling tidak saya akan memberikan suatu cara pandang spesifik dari dalam, karena saya (ngakunya) merasa sebagai bagian dari Betawi Melayu.
  • Sejarah Melayu
Berbagai sejarah sepakat menyatakan bahwa orang melayu yang ada di Jakarta merupakan bagian dari apa yang kita sebut Betawi sekarang. Pertanyaannya, darimanakah orang melayu ini berasal dan mengapa disebut orang melayu serta apa yang membedakan mereka(kami) dengan orang Jawa, Sunda atau Banten?

Uraian sejarah mengatakan Suku melayu tertua dan pertama berasal dari sebuah daerah di Kalimantan yang di sebut sebagai melayu purba. Mereka dikenali dengan logat khas yang berakhiran "a".

Kemudian mereka bermigrasi dengan membawa bahasa melayunya ke pulau Sumatera. Di sana terbentuk "Kerajaan Melayu", yaitu kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-7. Melayu mencapai puncak kemajuannya pada masa kerajaan Sriwijaya yang walaupun berdirinya kerajaan ini memberangus "Kerajaan Melayu", namun penduduknya berhasil berasimilasi dengan baik dan menjadi bagian penting dari kejayaan kerajaan Sriwijaya. Terbukti dengan bahasa melayu yang digunakan sebagai bahasa kerajaan walaupun mengalami berbagai perkembangan dan perubahan dari bentuk asal melayu purba. Bahasa melayu Sumatera dapat dengan mudah dikenali dengan logat khas berakhiran "o".

Dalam perkembangannya, kerajaan sriwijaya mempunyai luas kekuasaan sampai ke filipina dan semenanjung Malaka sampai ke Thailand selatan. Kemajuan ini yang memberikan kontribusi atas bermigrasinya orang melayu ke Semenanjung Malaka. Di sana, suku melayu berkembang sedemikian pesat dan membangun kerajaan sendiri yang di sebut "Kesultanan Malaka" yang juga didirikan oleh salah satu keturunan raja Sriwijaya namun telah menganut agama Islam. Orang Melayu di wilayah ini, dapat dibedakan dengan logat khas mereka yang berakhiran "e".

Namun kerajaan ini dibumihanguskan oleh Portugis pada tahun 1511 sampai tidak bersisa.

Nasib orang Melayu di Sumatera juga tidak kalah mengenaskan. Kerajaan sriwijaya yang berkuasa mendapat gempuran dahsyat dari kerajaan choromandel di India Selatan sebelum akhirnya takluk, walaupun rajanya tetap diperbolehkan berkuasa asal tetap berada dibawah kekuasaan Choromandel. Namun, akhirnya Sriwijaya benar benar dapat di habisi setelah kerajaan Majapahit (Jawa) berhasil menguasai wilayah Sumatera.

Nah, pada saat inilah, suku Melayu menjadi tersebar sedemikian rupa, sehingga identitas serta komunitas mereka (kami) terpecah dan tercerai-berai antara Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaka, Filipina selatan dan Sebagian kecil Pulau Jawa (Jakarta).

Begitulah riwayat peradaban melayu yang berhasil tercatat. Walaupun pernah mengalami masa gemilang, namun akhirnya Melayu setelah kejatuhan Sriwijaya dan Kesultanan Malaka, tidak pernah terdengar lagi kejayaannya. Karena sejak masa itu, wilayah yang didiami suku Melayu serta kebudayaan tua yang telah dibangun, berada di bawah kekuasaan "asing".

Di Sumatera, dikuasai oleh Choromandel (India) yang kemudian digantikan oleh Majapahit (Jawa). Semenanjung Malaka Kerajaan turunannya terberangus oleh Portugis, yang kemudian setelah kedatangan Inggris, Kesultanan kembali di dirikan, walaupun dengan status "hadiah" yang kemudian menjadi sebuah negara di Asia Tenggara. Di Kalimantan, yang merupakan ujung terjauh di timur, masih bertahan kesultanan Brunei, yang walaupun pada akhirnya terpaksa melepaskan wilayah yang sekarang menjadi Filipina selatan kepada Portugis.

(Blom, blom selesai. Sabaaar-sabaaaaaar...)

2 komentar:

  1. Hmm, klo bole bersua negh yak...
    Mungkin dengan mencoba menguraikannya, itu sudah mengarah pada sebuah penelitian ilmiah. Dan barulah dapat di klasifikasikan menurut metode yang di gunakan apakah empiris, referensi, rasional ataukah selainnya.

    Dan kalau sampean sudah tidak berjanji untuk menguraikan ini tuk bersifat ilmiah, bagaimana saya dapat memilih dari sudut pandang mana saya menempatkan diri ?. Karena jujur saya hanya insan awam, tapi cukup tertarik dengan khas budaya ini.

    Mohon bimbingannya Pak dosen...^_^

    BalasHapus
  2. Mudah-mudahan kalimat yang saya petik dari uraian di atas dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.

    "Well, itulah yang sedang saya coba uraikan sekarang, khususnya saya coba untuk memetakan Betawi Melayu. Saya tidak berjanji uraian ini akan bersifat ilmiah, namun paling tidak saya akan memberikan suatu cara pandang spesifik dari dalam, karena saya (ngakunya) merasa sebagai bagian dari Betawi Melayu."

    Yah, begitu, karena saya ada sedikit keturunan Betawi nya, jadi paling tidak uraian ini bersifat semacam Otobiografi lah. Tapi yah saya harus bertanggung jawab juga terhadap isinya, jadinya ya, nyulik data dari sana-sini gitu dehh, biar saya bicara ada dasarnya, bukan cuma ngarang bebas. Piye jal.....

    BalasHapus